Breaking News

Paksa bayar potongan, agen gigit TKI

Image title
Hong Kong-Seorang TKW Hong Kong bernama panggilan Ani, melaporkan agennya ke polisi setelah staf agen di Yuen Long tersebut menggigit bahu serta menendang perut Ani hanya untuk memaksa BMI tersebut melunasi utang potongan agen.
“Sepertinya agenku itu kecewa karena aku break kontraknya cepet banget (hanya 2 bulan di Majikan) terus pas di boarding, aku juga nggak bayar utang (potongan agen), jadi dia marah dan usir aku,” kata Ani berkisah kepada SUARA saat ditemui di kantor Christian Action.
Perseteruan Ani dengan agennya ini bermula pada akhir November 2016, ketika BMI ini ngotot break kontrak secara tiba-tiba dari Bo Bo majikan di Wong Tai Sin hanya setelah 2 bulan bekerja.
Semula, Ani mengatakan, dirinya tak bermaksud nekat break kontrak tanpa memberikan surat notis sebelumnya. “Tapi aku di situ kerjanya sudah nggak tenang, deg-degan, takut kalau Kung Kung ada kenapa-kenapa, aku dilaporkan ke polisi,” kata Ani.
Beberapa hari sebelumnya, Dai Dai Majikan telah memaksa Ani menandatangani surat perjanjian, yang isinya, Majikan akan melaporkan Ani ke polisi jika terjadi apa-apa terhadap Kung Kung momongannya. Selain itu, surat tersebut juga menyatakan, Majikan bebas me-terminate Ani kapan saja tanpa harus membayar apapun seandainya mereka sudah merasa tak suka lagi dengan BMI ini.
“Dai Dai suruh aku tanda tangan surat itu sebelum kasih gaji, katanya, kalau aku nggak mau tanda tangan, dia akan langsung terminate aku saat itu juga,” kata Ani, lugu.
BMI eks Singapura inipun manut tanda tangan dan sejak itulah surat tersebut bagai menghantui setiap gerak-geriknya bekerja di rumah majikan.
“Kalau tensi Kung Kung drop sedikit, aku langsung deg-degan. Aku sejak itu kerjanya nggak tenang, takut kalau ada apa-apa, aku dilaporin ke polisi,” kata Ani.
Tak tahan lagi, akhirnya pada 28 November 2016, Ani minta izin kepada Bo Bo Majikan untuk bisa ke agen dengan alasan untuk beristirahat karena sakit demam.
Ani mengaku, dia sebenarnya diam-diam ingin berkonsultasi dengan sang agen tentang surat perjanjian yang baru beberapa hari lalu dia tandatangani tersebut. “Aku kan baru di Hong Kong, jadi aku nggak ngerti bagaimana hukum sini,” kata BMI eks Singapura itu.
Namun Bo Bo Majikan terus menolak, sehingga akhirnya Ani nekat mengirim SMS ke agennya menyatakan bahwa dia memutuskan untuk break kontrak saja meski baru 2 bulan bekerja di sana.
“Saat itu agen langsung telepon aku dan tanya: apa benar kamu mau menyerah (break kontrak)? Ingat surat yang sudah kamu tanda tangani itu, nanti kamu harus bayar notis satu bulan gaji (ke majikan) dan juga kamu masih utang potongan 3 bulan lagi. Tapi akunya sudah pusing, jadi aku ngotot (break kontrak),” kata Ani.
Setelah break kontrak tiba-tiba itulah, Ani lantas berusaha pulang sendiri dari rumah majikannya di Wong Tai Sin ke kantor agennya di Yuen Long.
BMI ini menyatakan, agen lantas menuntut dia untuk melunasi sisa potongan 3 bulan lagi dan juga minta bayaran HK$ 50.000 per hari jika Ani masih mau tinggal di boarding mereka untuk menunggu majikan baru.
Sementara untuk hak tiket dan uang transportasi pulang ke Indonesia dari Majikan lama, agen malah menyuruh Ani menuntutnya sendiri lewat Labour Tribunal. “Aku saat itu nggak ngerti mau bagaimana, jadi aku iya, iya saja,” kata Ani.
Saat itu, BMI ini juga sempat membayar HK$ 1500 untuk membayar potongan agen dari sisa gaji yang dia punya.
Pada 3 Desember 2016, Ani yang masih tinggal di boarding tiba-tiba kembali didatangi staf agen tersebut. Sang staf agen lagi-lagi minta Ani segera membayar utang berupa sisa potongan dan sewa boarding sebesar HK$ 50 ribu per hari, terhitung dari tanggal 30 November 2016 hingga 3 Desember 2016.
Saat Ani menjawab dirinya belum bisa membayar, mulailah agen itu naik darah. Staf agen ini langsung merebut telepon genggam Ani yang masih baru, yang saat itu tergeletak di meja. Ani yang nekat, mencoba balik merebut sampai akhirnya BMI dan sang staf agen tersebut sempat bergelut tarik-tarikan telepon.
“Aku sampai berlutut saat pertahanin telepon ini (Ani menunjuk teleponnya), lalu dia gigit bahu aku dan tendang perutku dengan lutut, tapi telepon tetap nggak aku lepas,” Ani berkisah.
Tak habis akal, sang agen kini berusaha menyambar dompet BMI tersebut yang saat itu tergeletak di lantai. Namun upaya itu gagal, karena Ani telah duluan menyambar dompetnya dan sekali lagi berusaha mempertahankan harta miliknya.
Gagal merebut dompet, sang agen kembali merebut telepon Ani yang telah tergeletak di lantai untuk kemudian membantingnya hingga pecah berantakan. Tak hanya itu, agen juga mengambil tas Ani dan membuang semua isinya ke lantai boarding.
Puncaknya, sang staf agen mengusir Ani keluar dari boarding hari itu juga. “Setelah itu dia langsung pergi, dan aku masih nangis di lantai. Ada teman di boarding, kasih aku HK$ 20 dan bilang: maaf, kamu tahu kan kalau aku juga nggak bisa apa-apa,” kata Ani, lantas tertunduk menangis.
BMI ini kemudian keluar boarding dan luntang-lantung sendirian di depan Manhattan Plaza, Yuen Long. Di sanalah, Ani bertemu seorang buruh migran Filipina yang kemudian langsung menelepon polisi setelah mendengar kisah BMI tersebut.
Ani berkisah, dua petugas polisi kemudian datang dan menelepon staf agen tersebut untuk datang ke depan Manhattan Plaza. Di sana, Ani berkisah, staf agen sempat minta maaf dan merayu Ani untuk mencabut tuntutannya dari polisi.
Agen bahkan menyatakan akan membantu BMI ini menuntut uang tiket ke majikan lama, dan mengizinkannya kembali tinggal di boarding. “Tapi aku sudah sakit hati banget, digituin, jadi aku tetap ngotot mau terus lapor polisi,” kata BMI ini.
Polisi pun mengantar Ani untuk divisum di Rumah Sakit Pok Oi. Setelahnya, Ani minta bantuan Christian Action untuk mendampingi kasus penuntutan terhadap agen dan kasus tenaga kerjanya di Labour Tribunal.
Saat berita ini diturunkan, Ani telah ditampung di shelter Christian Action dan polisi masih terus menginvestigasi kasusnya tersebut.*
Sumber:SuaraHK