TKI tertipu “Bantuan Menaker”
Hong Kong-Wahyu, 36 tahun, saat TKI asal Madiun, Jawa Timur ini mentransfer uang hingga lebih dari Rp 83 juta demi janji palsu akan mendapatkan “Bantuan dari Menteri Tenaga Kerja” sebesar Rp 100 juta. Wahyu baru sadar dirinya telah tertipu saat dana bantuan yang dijanjikan ternyata tak kunjung juga dikirim ke rekeningnya.
“Saya sampai berutang dengan Majikan, pas ditagih, saya mau ambil uang bantuan itu tapi kok ternyata belum juga dikirim ke rekening saya,” kata Wahyu berkisah kepada SUARA, saat ditemui di kantor Christian Action, Jumat, (3/2/2017).
Semuanya bermula pada awal Desember 2016, saat BMI yang telah bekerja 12 tahun di Hong Kong ini tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Sang penelepon mengaku bernama Bayu, seorang pegawai “PJTKI pusat” dan menelepon dari nomor telepon seluler Indonesia +62-823-1128-8479.
Bayu lantas mengucapkan selamat kepada Wahyu karena BMI ini telah terpilih untuk mendapatkan “bantuan dari Bapak Presiden Jokowi dan Bapak Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri sebesar Rp 100 juta”.
“Pak Bayu terus minta saya kirim uang untuk biaya administrasi agar dana bantuan itu cair,” kata Wahyu.
Terhitung sejak 3 Desember 2016, Wahyu dengan patuh mengirimkan uang setidaknya kepada 3 pria di Indonesia. Pertama-tama, Wahyu mengirimkan uang hampir Rp 3 juta ke rekening BRI atas nama Asrandi Nur dengan nomor 506801036798533, yang kemudian dilanjutkan dengan mengirim “uang administrasi selanjutnya” ke rekening BNI atas nama Syafrika Henri dengan nomor 0453965521. Selain itu, Wahyu juga masih patuh mengirim “uang administrasi” kepada Bachtiar, melalui jasa remittance Western Union.
Sejak itupula, Wahyu kerap menerima telepon dari Bayu yang mengaku pegawai PJTKI pusat, dan juga Bachtiar, yang mengaku sebagai pejabat BNP2TKI.
Penipu memanfaatkan kekalutan psikologis BMI
Wahyu yang beranak satu ini kebingungan saat ditanya mengapa dirinya mau-mau saja mengirim uang setiap kali para penipu itu menelepon minta dana.
“Saya, terus-terang, (saat itu) sedang bingung, Mbak. Suami saya lari dengan wanita lain, ibu saya sakit, belum lagi nanti Maret saya harus sedia Rp 3 juta untuk doain (tahlilan) almarhum Bapak,” kata Wahyu mengaku.
Sambil tertunduk, BMI ini lantas mengakui dirinya merasa bagai dapat jalan keluar saat “Bayu” menelepon dan memberitahu dirinya terpilih dapat bantuan dari Presiden dan Menaker. Permasalahan hidup rupanya membuat Wahyu tak mampu lagi berpikir panjang.
“Saya pikir, mungkin bantuan itu pengganti rejeki saya yang hilang selama ini karena habis dipakai suami main gila dengan wanita lain,” kata Wahyu, sambil menahan tangis.
Apalagi, para penipu ini juga tekun menelepon dan mendengarkan keluh kesah Wahyu. Seringnya mereka bercakap lewat telepon sampai membuat salah satu penipu yang mengaku bernama Bachtiar, kerap memanggil BMI ini dengan sebutan “anak”.
Tak ayal, Wahyu pun selalu patuh setiap kali Bayu atau Bachtiar menelepon untuk minta BMI ini segera mengirimkan “uang administrasi”.
Sampai berutang ke Majikan
Wahyu yang mulai kehabisan uang untuk mengirimkan dana kepada para penipu inipun akhirnya mulai berutang HK$ 12.000 ke Majikannya di Shatin. Janjinya, Wahyu akan mengembalikan utang tersebut bulan depan, saat BMI ini mendapatkan “dana bantuan Rp 100 juta” seperti yang dijanjikan Bayu dan Bachtiar.
Namun Wahyu bagai tersambar petir saat dia pergi ke ATM salah satu bank Indonesia di Causeway Bay untuk mengambil “dana bantuan” tersebut. Jumlah uang di rekening Wahyu tak juga bertambah.
BMI inipun buru-buru menelepon penipu bernama Bachtiar untuk protes bertanya, namun malah balik mendapatkan kabar mengejutkan. “Saya malah ditelepon orang yang katanya bernama Cukri, yang bilang kalau Pak Bachtiar itu sudah korupsi jadi uang saya habis dimakan dia,” kata Wahyu berkisah.
Wahyu yang masih tak sadar dirinya telah ditipu, percaya saja saat “Pak Cukri” itu menyatakan BMI ini harus mengirimkan lagi uang adiministrasi lagi untuk mengganti “uang yang telah dikorupsi Bachtiar”.
Apalagi, Wahyu kemudian mendapat telepon dari seseorang yang mengaku sebagai “Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri”. Sang penipu lantas marah-marah di telepon dan mendesak Wahyu untuk segera mengirimkan lagi uang untuk mengganti “dana administrasi yang telah habis dikorupsi Bachtiar”.
Namun karena benar-benar telah tak punya uang, Wahyu tak lagi mampu mengirimkan dana kepada para penipu itu. Bahkan Wahyu berakhir kena terminate Majikan gara-gara tak bisa mengembalikan utangan HK$ 12.000.
BMI ini disuruh pulang ke agen, hingga berakhir menginap di shelter milik Dompet Dhuafa. Di sanalah, Wahyu baru sadar bahwa dirinya telah kena tipu.
“Saya memang ndak kasih tahu siapa-siapa kalau saya kena tipu, malu,” kata Wahyu. Dia lantas mengaku, dirinya bahkan tak sadar telah mengirimkan uang kepada para penipu hingga hampir Rp 83 juta lebih.
Saat berita ini diturunkan, Wahyu telah melapor ke KJRI Hong Kong, dan juga minta bantuan pendampingan hukum ke Christian Action. “Saya sadar kalau kemungkinan uang saya bisa kembali itu tipis, tapi saya ingin penipu itu bisa dikejar,” kata Wahyu, geram.
Sumber:SuaraHK
“Saya sampai berutang dengan Majikan, pas ditagih, saya mau ambil uang bantuan itu tapi kok ternyata belum juga dikirim ke rekening saya,” kata Wahyu berkisah kepada SUARA, saat ditemui di kantor Christian Action, Jumat, (3/2/2017).
Semuanya bermula pada awal Desember 2016, saat BMI yang telah bekerja 12 tahun di Hong Kong ini tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tak dikenal. Sang penelepon mengaku bernama Bayu, seorang pegawai “PJTKI pusat” dan menelepon dari nomor telepon seluler Indonesia +62-823-1128-8479.
Bayu lantas mengucapkan selamat kepada Wahyu karena BMI ini telah terpilih untuk mendapatkan “bantuan dari Bapak Presiden Jokowi dan Bapak Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri sebesar Rp 100 juta”.
“Pak Bayu terus minta saya kirim uang untuk biaya administrasi agar dana bantuan itu cair,” kata Wahyu.
Terhitung sejak 3 Desember 2016, Wahyu dengan patuh mengirimkan uang setidaknya kepada 3 pria di Indonesia. Pertama-tama, Wahyu mengirimkan uang hampir Rp 3 juta ke rekening BRI atas nama Asrandi Nur dengan nomor 506801036798533, yang kemudian dilanjutkan dengan mengirim “uang administrasi selanjutnya” ke rekening BNI atas nama Syafrika Henri dengan nomor 0453965521. Selain itu, Wahyu juga masih patuh mengirim “uang administrasi” kepada Bachtiar, melalui jasa remittance Western Union.
Sejak itupula, Wahyu kerap menerima telepon dari Bayu yang mengaku pegawai PJTKI pusat, dan juga Bachtiar, yang mengaku sebagai pejabat BNP2TKI.
Penipu memanfaatkan kekalutan psikologis BMI
Wahyu yang beranak satu ini kebingungan saat ditanya mengapa dirinya mau-mau saja mengirim uang setiap kali para penipu itu menelepon minta dana.
“Saya, terus-terang, (saat itu) sedang bingung, Mbak. Suami saya lari dengan wanita lain, ibu saya sakit, belum lagi nanti Maret saya harus sedia Rp 3 juta untuk doain (tahlilan) almarhum Bapak,” kata Wahyu mengaku.
Sambil tertunduk, BMI ini lantas mengakui dirinya merasa bagai dapat jalan keluar saat “Bayu” menelepon dan memberitahu dirinya terpilih dapat bantuan dari Presiden dan Menaker. Permasalahan hidup rupanya membuat Wahyu tak mampu lagi berpikir panjang.
“Saya pikir, mungkin bantuan itu pengganti rejeki saya yang hilang selama ini karena habis dipakai suami main gila dengan wanita lain,” kata Wahyu, sambil menahan tangis.
Apalagi, para penipu ini juga tekun menelepon dan mendengarkan keluh kesah Wahyu. Seringnya mereka bercakap lewat telepon sampai membuat salah satu penipu yang mengaku bernama Bachtiar, kerap memanggil BMI ini dengan sebutan “anak”.
Tak ayal, Wahyu pun selalu patuh setiap kali Bayu atau Bachtiar menelepon untuk minta BMI ini segera mengirimkan “uang administrasi”.
Sampai berutang ke Majikan
Wahyu yang mulai kehabisan uang untuk mengirimkan dana kepada para penipu inipun akhirnya mulai berutang HK$ 12.000 ke Majikannya di Shatin. Janjinya, Wahyu akan mengembalikan utang tersebut bulan depan, saat BMI ini mendapatkan “dana bantuan Rp 100 juta” seperti yang dijanjikan Bayu dan Bachtiar.
Namun Wahyu bagai tersambar petir saat dia pergi ke ATM salah satu bank Indonesia di Causeway Bay untuk mengambil “dana bantuan” tersebut. Jumlah uang di rekening Wahyu tak juga bertambah.
BMI inipun buru-buru menelepon penipu bernama Bachtiar untuk protes bertanya, namun malah balik mendapatkan kabar mengejutkan. “Saya malah ditelepon orang yang katanya bernama Cukri, yang bilang kalau Pak Bachtiar itu sudah korupsi jadi uang saya habis dimakan dia,” kata Wahyu berkisah.
Wahyu yang masih tak sadar dirinya telah ditipu, percaya saja saat “Pak Cukri” itu menyatakan BMI ini harus mengirimkan lagi uang adiministrasi lagi untuk mengganti “uang yang telah dikorupsi Bachtiar”.
Apalagi, Wahyu kemudian mendapat telepon dari seseorang yang mengaku sebagai “Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri”. Sang penipu lantas marah-marah di telepon dan mendesak Wahyu untuk segera mengirimkan lagi uang untuk mengganti “dana administrasi yang telah habis dikorupsi Bachtiar”.
Namun karena benar-benar telah tak punya uang, Wahyu tak lagi mampu mengirimkan dana kepada para penipu itu. Bahkan Wahyu berakhir kena terminate Majikan gara-gara tak bisa mengembalikan utangan HK$ 12.000.
BMI ini disuruh pulang ke agen, hingga berakhir menginap di shelter milik Dompet Dhuafa. Di sanalah, Wahyu baru sadar bahwa dirinya telah kena tipu.
“Saya memang ndak kasih tahu siapa-siapa kalau saya kena tipu, malu,” kata Wahyu. Dia lantas mengaku, dirinya bahkan tak sadar telah mengirimkan uang kepada para penipu hingga hampir Rp 83 juta lebih.
Saat berita ini diturunkan, Wahyu telah melapor ke KJRI Hong Kong, dan juga minta bantuan pendampingan hukum ke Christian Action. “Saya sadar kalau kemungkinan uang saya bisa kembali itu tipis, tapi saya ingin penipu itu bisa dikejar,” kata Wahyu, geram.
Sumber:SuaraHK