Breaking News

Kisah Cinta TKI Lombok : Bekerja di Malaysia Pacari TKW Taiwan Lewat Facebook

Kisah Cinta TKI Lombok : Bekerja di Malaysia Pacari TKW Taiwan Lewat Facebook
Peran media sosial memang tak bisa di ragukan lagi. Kehadirannya mampu menembus batas ruang dan waktu. Menghubungkan orang dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Terlepas dari pro dan kontra dampak negatif media sosial, Titin, sapaan akrab mantan TKW Desa Pesanggrahan bersukur bisa mengenal media sosial. Karena, lewat facebook ia menemukan jodohnya.

“Ya betul, saya menikah dengan suami saya lewat perantara media sosial,” aku perempuan mungil ini ditemui Lombok Post di Kantor Desa Pesanggrahan usai mengikuti sebuah acara.
Meski di awal Titin berupaya menyimpan rapat kisah hidupnya, namun perlahan ia mau membaginya.

Tamat SMA di Aceh sekitar tahun 2004, Titin bercita-cita menjadi dokter. Namun apa daya, keterbatasan ekonomi tak bisa membuatnya melanjutkan kuliah. Sehingga, terbersit pemikiran bahwa ia harus bekerja untuk mengumpulkan biaya. Agar bisa membiayai kuliahnya di Fakultas Kedokteran. TKW pun menjadi solusinya.
Ia memilih menjadi TKW ke Taiwan sebagai pengurus panti sosial. Beberapa tahun bekerja di Taiwan, uang yang diharapkan tak juga terkumpul dari gajinya. Sebaliknya, musibah yang tak pernah disangkanya menimpa dirinya dan keluarganya.

“Sekitar tahun 2005 Tsunami megguncang Aceh, Ribuan orang dikabarkan meninggal. Makanya saya langsung telpon keluarga saya,” tuturnya
Berbagai macam ketakutan menghantui pikiran Titin seketika. Apa yang dikhawatirkan ternyata benar terjadi. Semua keluarga, orang tua dan kerabat yang coba dihubunginya tak merespon. Besar kemungkinan, semua keluarganya menjadi korban bencana.
“Bahkan hingga saat ini saya tidak tahu kabar mereka. Saya mendapat kabar kalau mereka sudah meninggal semua,” ucapnya menitikkan sedikit air mata.

Setelah beberapa kali mencoba menghubungi semua orang yang dikenalnya, tak ada juga respon. Bahkan hingga bertahun-tahun ia menunggu tak ada juga cerita dari kelurganya. Sehingga ia pun hanya bisa pasrah menerima kondisi yang sulit diterimanya.
“Makanya saya sampai puluhan tahun terus melanjutkan kontrak. Karena bingung mau pulang ke mana dan menemui siapa di Aceh. Saya lihat di media semua sudah porak poranda,” bebernya.
Duka mendalam yang dialami Titin seolah tak berkesudahan. Ia bingung bagaimana melanjutkan hidupnya. Harapan menjadi dokter pun dirasa seolah sia-sia. Seiring belum juga terkumpul uang yang diharapkan.

Angin segar seolah dirasakannya ketika mulai mengenal media sosial. Ditengah kesedihannya, ia mulai merasakan sedikit hiburan. Terlebih ketika dirinya memiliki teman dunia maya salah seorang TKI di Malaysia asal Desa Pesanggrahan Rusdi.