Wow, TKI Ini Akhirnya Jadi Sutradara! Kisah Inspiratifnya Bikin Kita Bangga
Ani Ema Susanti adalah salah satu dari buruh migran di Hong Kong. Ia telah lama berpikir agar lebih banyak orang tahu apa yang ia dan teman-teman TKI lain alami.
Dalam sebuah diary, Ani menulis semua ceritanya dan teman-temannya. Tidak ada cerita membahagiakan.Kebanyakan adalah sebuah kisah pilu.
Kisah perceraian karena ditinggal selingkuh sang suami, anak tak terurus menghiasi diary itu.
Ada pula yang tak sempat memikirkan pernikahan, karena harus membiayai adik-adiknya di kampung.
Ani sendiri (32) punya kisah perjuangan sendiri. Tahun 2000 adalah masa
terberatnya. Saat itu ia lulus SMA namun tidak bisa lanjut kuliah.
Hidupnya dan keluarga disokong oleh neneknya yang pas-pasan. Kondisi ekonomi ini mendorongnya untuk menjadi TKI.
Ketika sudah bekerja di luar negeri sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT), Ani sempat takut.
Banyak temannya yang kontraknya diputus. Ada yang karena tidak bisa berkomunikasi dengan majikan, ada pula yang dianggap lelet.
Bahkan ada yang tanpa alasan yang jelas.Untuk menata spring bed saja, Ani harus bergelut dengan waktu dan kerapian.
Sedikit saja masih ada lipatan, maka nilainya jelek. Selama 2 bulan
pertama ia kesulitan berkomunikasi sampai akhirnya ia belajar sendiri
bahasa Cantones.
Beberapa kali sering terjadi salah paham antara ia dan majikannya. "Saat
itu saya menganggap majikan saya keras. Tapi ternyata semua karena
kesalahpahaman, masalah komunikasi," katanya.
Untungnya, Ani beruntung karena mendapat majikan yang baik hati. Ia
dipersilakan membaca seluruh buku yang ada di perpustakaan majikannya.
Kebeteluan sebagian besar saudara majikannya sedang sekolah dan lulusan universitas di Amerika.
Dari hal ini Ani sadar pendidikan adalah faktor penting untuk mengubah hidupnya.
Pada tahun 2003, kontrak kerjanya habis. Sempat mau lanjut jadi TKI, tetapi orang tuanya mengingatkan akan tujuan utama Ani.
Dari sisa uang yang ia punya setelah mengirim bulanan ke orang tua, Ani merasa mantap pulang.
Ia membawa Rp 60 Juta ke Indonesia.
Akhirnya ia kuliah di universitas swasta di Surabaya dan mengambil jurusan psikologi sesuai mimpinya.
Ternyata ia kehabisan uang saat ia menginjak semester 6. Ia pun mencari
beasiswa. Ia juga mencoba ikut kompetisi film dokumenter yang
diselenggarkan salah satu televisi swasta.
Ia mengajukan proposal dengan cerita kehidupan PRT di Hong Kong.
Judulnya 'Helper Hong Kong Ngampus'.Sebenarnya isinya kisah nyata Ani,
namun untuk hasil yang lebih hidup, juri menyarankan Ani mengambil kisah
temannya yang mirip dengannya.
Dari kompetisi ini, Ani tidak berhenti dan semakin percaya diri. Ia
memenangkan beragam penghargaan bergengsi, di antaranya FFI Award dengan
film 'Donor Asi', mendapatkan fund scholarship dari School of Audio
Engineering jurusan Film Production Institute Jakarta, dan beberapa
penghargaan lainnya.
Semua filmnya ia buat dari beasiswa. Tak berhenti di situ, Ani pun ingin membagikan berkat yang ia terima.
ia mendirikan komunitas 'Bocah-bocah Bikin Film' untuk mengajari anak-anak di dekat tempat tinggalnya.
Komunitas ini beranggota 20 orang dan sekarang telah berkembang di Jombang, tanah kelahiran Ani.
"Alhamdulilah, akhirnya ilmu saya bisa bermanfaat untuk anak-anak," ujar ibu dua anak ini.(*)
Sumber : Grid