Miris! 1,5 Tahun jadi TKW, Pulang Cuma Bawa Paspor
Nasib malang dialami Sukinem, warga Dusun Sumber Rejeki, Desa Sumberasri,
Kecamatan Purwoharjo. Bekerja sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) di
Taiwan, selama satu setengah tahun, justru dirinya dipulangkan. Ia
diduga menderita kanker payudara stadium empat yang didapatnya selama
tiga bulan terakhir.
"Tiga bulan sampai sekarang tiba-tiba ada rasa nyeri dan cenut-cenut masih terasa di dada bagian kiri saya. Setelah diperiksa katanya kanker, setelah itu saya dipulangkan," kata Sukinem saat berada di satu rumah sakit swasta di Kecamatan Gambiran, Kamis (11/7/2016).
Sejak saat itu, pihak agen di Taiwan menyuruhnya untuk pulang ke kampung halaman. Anehnya, bukan mendapat perawatan maupun sekedar pelayanan kesehatan intensif di tempatnya bekerja, justru ibu dua anak ini dipulangkan secara sepihak.
"Sudah ketemu dengan perwakilan BNP2TKI Taiwan, tapi pas ditanya di situ saya sebelumnya sama agen disuruh mengaku telah putus kontrak dengan majikan dan menandatanganinya," katanya.
Padahal, TKI yang bekerja di daerha Khaoshung, Taiwan ini memiliki dokumen resmi dan tidak ilegal. Tapi sangat disayangkan perlakuan yang didapat tidak sesuai. Sebelumnya, ia berangkat melalui PT. Cemerlang Sumberdaya Insani, Jakarta.
Anehnya lagi, saat TKI ini menderita sakit, harusnya pihak agen menghubungi pihak perwakilan BNP2TKI maupun KDEI untuk disampaikan ke tanah air. "Saya hanya diantar di Bandara, terus pulang ke Surabaya sendiri," ucapnya.
Kemalangan pejuang devisa ini tidak berhenti sampai di sini. Setelah tiba di Bandar Udara Juanda, Sidoarjo Rabu, (10/8/2016) sekitar jam 18.00 WIB, ia dijemput oleh suaminya Umarudin. Selanjutnya, dengan perasaan penuh kalut Umarudin mengajaknya pulang naik bus.
"Biasanya naik travel, tapi saking bingungnya saya memilih bus agar lebih cepat. Tapi apes, semua barang bawaan tas, koper, handphone dan powerbank lenyap dicuri maling, hanya tersisa paspor yang kebetulan berada di jaket," kata Umarudin.
Sampai di rumah, pasangan suami istri ini langsung menuju ke rumah sakit swasta di Gambiran ini untuk memeriksakan penyakitnya. Namun, karena pertimbangan biaya yang cukup mahal, pihaknya berharap agar ada bantuan dari pihak pemerintah Banyuwangi untuk meringankan beban biaya perawatannnya.
"Tiga bulan sampai sekarang tiba-tiba ada rasa nyeri dan cenut-cenut masih terasa di dada bagian kiri saya. Setelah diperiksa katanya kanker, setelah itu saya dipulangkan," kata Sukinem saat berada di satu rumah sakit swasta di Kecamatan Gambiran, Kamis (11/7/2016).
Sejak saat itu, pihak agen di Taiwan menyuruhnya untuk pulang ke kampung halaman. Anehnya, bukan mendapat perawatan maupun sekedar pelayanan kesehatan intensif di tempatnya bekerja, justru ibu dua anak ini dipulangkan secara sepihak.
"Sudah ketemu dengan perwakilan BNP2TKI Taiwan, tapi pas ditanya di situ saya sebelumnya sama agen disuruh mengaku telah putus kontrak dengan majikan dan menandatanganinya," katanya.
Padahal, TKI yang bekerja di daerha Khaoshung, Taiwan ini memiliki dokumen resmi dan tidak ilegal. Tapi sangat disayangkan perlakuan yang didapat tidak sesuai. Sebelumnya, ia berangkat melalui PT. Cemerlang Sumberdaya Insani, Jakarta.
Anehnya lagi, saat TKI ini menderita sakit, harusnya pihak agen menghubungi pihak perwakilan BNP2TKI maupun KDEI untuk disampaikan ke tanah air. "Saya hanya diantar di Bandara, terus pulang ke Surabaya sendiri," ucapnya.
Kemalangan pejuang devisa ini tidak berhenti sampai di sini. Setelah tiba di Bandar Udara Juanda, Sidoarjo Rabu, (10/8/2016) sekitar jam 18.00 WIB, ia dijemput oleh suaminya Umarudin. Selanjutnya, dengan perasaan penuh kalut Umarudin mengajaknya pulang naik bus.
"Biasanya naik travel, tapi saking bingungnya saya memilih bus agar lebih cepat. Tapi apes, semua barang bawaan tas, koper, handphone dan powerbank lenyap dicuri maling, hanya tersisa paspor yang kebetulan berada di jaket," kata Umarudin.
Sampai di rumah, pasangan suami istri ini langsung menuju ke rumah sakit swasta di Gambiran ini untuk memeriksakan penyakitnya. Namun, karena pertimbangan biaya yang cukup mahal, pihaknya berharap agar ada bantuan dari pihak pemerintah Banyuwangi untuk meringankan beban biaya perawatannnya.
Sumber: Berita Jatim