Bayi Nyaris jadi TKI
Rahma Fitriana Salsabila, bayi yang kini sedang berusia dua bulan, nyaris menjadi bayi
TKI di Malaysia. Dia dibawa ibunya yang akan menjadi calon TKI, namun
gagal berangkat setelah mereka dicegat oleh aparat Polres Sanggau di Jalan Raya
Sosok, Kabupaten Sanggau. Sebelum tiba di shelter penampungan milik
BP3TKI Pontianak, bayi Rahma, ibu, dan neneknya ditampung di BP2KBPA
Sanggau.
Paino (52), kakek Rahma, sebenarnya tidak tega memboyong cucunya itu ke negeri Jiran. Namun apa daya, himpitan ekonomi di kampung halaman memaksa keluarga kecil ini memilih jalur TKI.
Tahun 2013 silam, Paino, istrinya Yamini, dan Sunarmi, ibu dari si bayi ini, sudah pernah bekerja di Malaysia. Di sana, ketiganya bekerja di perkebunan kelapa sawit.
Di perkebunan tersebut, Paino mengerahkan sisa tenaganya untuk menurunkan tandan buah sawit (TBS). Sementara istri dan anaknya bekerja sebagai penabur pupuk dan membersihkan rumput liar. Dalam sebulan, Paino mampu meraup RM1200, yang jika dirupiahkan sekitar Rp3 juta. Upah Yamini dan Sunarni, tentu lebih sedikit dibandingkan Paino.
Angka tiga juta rupiah bagi Paino dan keluarga sangat besar. Untuk memperoleh uang itu di tempat asalnya, Dusun Arjosari, Desa Sumber Putih, Wacak, Kabupaten Malang, tidak bisa ia kumpulkan dalam satu bulan. Bekerja sebagai buruh serabutan membersihkan petak sawah di sana, dalam sehari tidak lebih dari Rp20 ribu dikantonginya.
“Kalau cari uang 3 juta (rupiah) di kampung, bisa berbulan-bulan. Makanya keluar cari rezeki lebih (Jadi TKI). Tapi ndak tahunya jadi seperti ini,” aku Paino.
Alasan itulah yang menjadikan Paino memilih kerja menjadi TKI di Malaysia. Tiga tahun di bekerja, ketiganya cuti untuk pulang kampung. Keluarga kecil ini berniat kembali ke Malaysia, dengan meminta bantuan Mardi. Dengan membawa bekal sisa jadi TKI, Paino nekat memboyong keluarganya mengadu nasib di Malaysia.
Menggunakan pesawat, Paino berangkat. Setibanya di Bandara Supadio Pontianak, Paino sudah dijemput oleh Mardi. Pada 27 Agustus, keenam calon TKI beserta Rahma, bayi mungil itu, berangkat menuju pos perbatasan di Entikong, Kabupaten Sanggau.
Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Paino ditangkap bersama enam orang sesama TKI, termasuk istri anak dan cucunya oleh Polres Sanggau. Keinginannya menjadi TKI untuk kali kedua kandas. “Ndak mau lagi (jadi TKI). Kapok, cukup di kampung saja, tani sajalah,” sebut Paino diamini istrinya Yamini.
Diungkapkan Yamini, hasil 3 tahun bekerja di Malaysia sudah habis untuk biaya anak sulungnya bersekolah. Masih ada satu petak sawah yang akan digarap ia dan keluarga, ketika sudah sampai di kampungnya nanti.
“Di kampung kerjaan banyak, tapi duitnya sedikit. Hasil kerja di Malaysia uangnya sudah habis. Cuma bisa beli tanah untuk bangun rumah,” katanya
Mediator BP3TKI Pontianak, Ipda Bambang Irawan, memastikan jika calon TKI yang digagalkan ini akan dipulangkan hari ini ke daerah asal mereka dengan menggunakan pesawat. “Biaya ditanggung BP3TKI,” katanya.
BP3TKI juga akan berupaya melakukan pencegahan TKI ilegal dengan giat melakukan sweeping, mencari tempat-tempat yang diduga penampungan para pekerja ini. “Yang jelas, kita optimalkan sinergi dengan peranan masyarakat,” katanya.
Dia juga memastikan, hanya 13 perusahaan penyalur TKI yang terdaftar. Dia mewanti-wanti, apabila ada perusahaan yang di luar daripada itu, patut dicurigai merupakan ilegal.
Sebelumnya, Polres Sanggau berhasil menggagalkan upaya keberangkatan calon Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ilegal ke Malaysia di Jalan Raya Sosok. Mardi ditetapkan sebagai tersangka dan sudah ditahan di Polres Sanggau.
Sumber:Pontianak Post