Kerja Keras Anak Piatu Miskin Bisa Kuliah di Kedokteran Gigi UGM
Kehidupan Lisa dan ayahnya penuh perjuangan. Isnan yang sudah tua dan mulai sakit-sakitan. Bahkan beberapa bulan ini, pria lanjut usia ini sudah dipasang kateter akibat sakit prostat yang dideritanya selama puluhan tahun.
Keduanya hidup dalam segala keterbatasan dan miskin. Sehari-hari Lisa dan ayahnya hanya mengandalkan hasil dari kebun kopra.
"Karena butuh biaya untuk berobat, kebun kopra satu satunya terpaksa harus saya dijual," tuturnya.
Seiring tubuhnya yang sudah mulai sakit-sakitan, Isnan menitipkan Lisa untuk diasuh oleh adik perempuan dari keluarga ibunya, Masita Paputungan. Masa kecil Lisa dihabiskan dengan hidup menumpang di rumah bibinya.
Pendidikan SD dan SMP diselesaikan Lisa di Boltim. Sebagai seorang guru, Masita selalu mengajarkan pada Lisa tentang pentingnya memanfaatkan waktu belajar.
Pekerja keras
Lisa merupakan tipikal anak yang sangat penurut dan giat dalam belajar. Ia tidak pernah berkecil hati dengan keadaanya, dan justru menjadi pelecut semangatnya untuk meraih masa depan yang lebih baik.
Berkat ketekunannya dalam belajar, Lisa selalu mendapat rangking di sekolah. Lisa pun berhasil diterima di SMAN 1 Manado.
"Nilai ujian akhir cukup bagus dan bisa diterima di SMAN 1 Manado," tegas Lisa.
Jarak antara Boltim dengan Manado sekitar 144 kilometer. Dirasakan cukup jauh, Lisa akhirnya terpaksa harus tinggal di rumah salah seorang guru SMA yang mengajar di sekolahnya.
"Pulang pergi tidak memungkinan karena jauh. Saya tinggal di rumah salah seorang guru SMA," urainya.
Menurutnya, selama SMA, untuk biaya hidup dan biaya sekolah, Lisa mendapat beasiswa dari pemerintah lewat program Afirmasi Pendidikan Tinggi bagi putra-putri daerah Terluar, Terdepan, dan Tertinggal (ADik 3T).
Tidak jarang di saat malam tiba, Lisa teringat akan ayahnya yang tinggal seorang diri di rumah. Ia kahawatir ayahnya jatuh sakit yang lebih parah.
Perasaan menyesal karena tidak selalu ada di samping Ayahnya seringkali hinggap di benaknya. Namun kekhawatiran itu sedikit terobati ketika teringat di sekitar rumah di Boltim masih ada sanak famili yang selalu menengok ayahnya.
"Kadang kalau ingat ayah, saya sedih," katanya.
Lisa mengaku, saat mengeyam bangku SMA di Manado, ia selalu memegang pesan dari bibinya bahwa suatu saat kelak ia akan mampu membahagiakan orangtuanya apabila ia mampu menggapai cita-citanya.
"Pesan bibi selalu saya ingat. Bibi pernah berpesan kalau kamu nanti berhasil, kamu yang jaga semua (orangtua)," ujar Lisa mengulang pesan bibinya.
Ketika ada program masuk perguruan tinggi lewat jalur SNMPTN, Lisa ikut mendaftar. Sebab ia meyakini dengan belajar setinggi-tingginya ia dapat meraih masa depan yang baik dan bisa membahagiakan ayahnya.
"Saya diterima di prodi pendidikan dokter gigi, Fakultas Kedokteran Gigi, UGM. Dokter Gigi adalah cita-cita saya," ucapnya.