Kisah Suka Duka TKI Korea, Gaji Rp 30 Juta Punya Mobil hingga Hobi Dugem
Bagaimana dengan kehidupan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan? Konselor Minister pada Kedubes RI di Seoul, Korea Selatan, Aji Surya bercerita TKI Korea termasuk makmur. Bahkan, beberapa TKI bisa membeli mobil di Korea.
"Ya mungkin bukan yang mahal banget, tapi mereka sudah pakai mobil sendiri untuk beraktivitas. Mana ada TKI seperti itu di negara lain?" katanya saat ditemui di kantor Balai Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP3TKI) Jateng belum lama ini.
Pria berkepala plontos itu berujar TKI di Korea Selatan terlindungi hukum,asuransi, dapat tempat tinggal, makan hingga gaji perbulan minimal 1.350 won atau sekitar Rp 14 juta.
Jika rajin, TKI Korea Selatan bisa mencapai Rp 30 juta dan ada yang lebih dari itu.
Bahkan, komunitas TKI Muslim di negara ginseng itu bisa membangun masjid senilai Rp 40 miiar.
Ia menilai kehidupan TKI di Korea Selatan sangat nyaman karena sangat terjamin.
Lalu, adakah sisi gelap dari kehidupan TKI di Korsel?
Konselor Minister KBRI Seoul (berkepala plontos), Aji Surya bercerita tentang kehidupan TKI Korea.sumber photo:tribunnews
Beberapa TKI menghabiskan uang untuk hal-hal tidak produktif (boros) mulai dari sering karaoke, dugem atau terjebak kehidupan bebas di Korea.
"Ada yang cuma bisa bawa pulang Rp 100 juta gara-gara hal seperti itu, padahal sudah bekerja bertahun-tahun. Padahal jika telaten,TKI Korea bisa bawa pulang uang lebih dari Rp 800 juta," ucapnya.
Mantan wartawan itu menuturkan, rata-rata kontrak TKI Korsel 4 tahun 10 bulan.
Jika rajin, TKI bisa menabung Rp 15 juta per bulan atau Rp 870 juta dalam satu masa kontrak.
Hal lain dampak TKI terlalu nyaman adalah para TKI susah move on saat kembali ke Tanah Air. Beberapa memilih overstay hingga jadi TKI Ilegal.
"Rata-rata saat pulang uang mereka habis dalam waktu satu tahun karena kurangnya manajemen keuangan mereka," ucapnya.
Aji bertutur, ada tiga mantan TKI Korsel yang berinvestasi hotel di DI Yogyakarta. Namun dalam waktu sekejap, investasi para mantan TKI itu gagal karena salah manajemen.
Ia berharap persiapan TKI Korea sebelum keberangkatan meliputi pelatihan manajemen keuangan.
"Sehingga saat pulang, mereka bisa jadi pengusaha sukses," ucapnya.
Saat ini ada 38 ribu TKI di Korea Selatan, sekitar 5.500 di antaranya merupaman TKI Ilegal.
TKI Korsel, Wawan Budiarto mengakui hal-hal yang diceritakan Aji Surya.
Mendengar dan melihat sendiri hal itu bisa membuatnya lebih termotivasi untuk tidak terjerumus pada kenyamanan.
Ia bahkan sudah berniat mengembangkan usahanya saat ini di Wonosobo saat pulang nanti.
"Saya ada usaha bahan bangunan saat ini," kata pria asal Wonosobo.
Wawan juga bercerita masalah lain TKI Korsel adalah bahasa Korea Selatan untuk percakapan sehari-hari.
Tidak sedikit TKI Korsel yang kesulitan berkomunikasi dengan manajemen perusahaan karena tidak paham percakapan.
"Jangan sampai disuruh ambil ember malah yang dibawa cangkul," ucapnya.
Kepala BP3TKI Jateng, Suparjo pihaknya terus memperbaiki pelayanan keberangkatan TKI Korsel sesuai instruksi Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI).
Ia mengakui bekerja di Korsel jadi daya tarik bagi warga Jateng.
Hingga Marer terdapat 14 ribu warga Jateng yang mendaftar menjadi Calon TKI Korsel.
Mereka, para CTKI, memperebutkan kuota nasional yang mencapai 5.200 tempat.
"Kami ada CBT hingga pelatihan khusus untuk TKI Korsel selama seminggu," ucapnya.
Suparjo menuturkan sudah menyiapkan beberapa program pemberdayaan TKI purna.
Ia mencontohkan beberapa program pemberdayaan TKI purna yang berhasil antara lain budidaya Jamur di Temanggung dan ternak ayam di Kabupaten Pati.
Sumber:tribunnews