Breaking News

Empat TKI Asal Sumbawa Tewas Ditembak di Malaysia

Empat TKI Asal Sumbawa Tewas Ditembak di Malaysia 

Empat  Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Sumbawa tewas ditembak polisi Diraja Malaysia. Mereka adalah Mario Akbar, alias Man, 42 tahun, asal Desa Baru, Kecamatan Alas dan Imran, 25 tahun, asal Desa Luar Kecamatan Alas. Keduanya ini memiliki hubungan keluarga. Imran diketahui keponakan dari Mario Akbar.
Sementara dua korban lain, Amrin, 25 tahun, asal Desa Jorok, Kecamatan Utan dan Yahya Maulana, 36 tahun asal Desa Lamusung, Kecamatan Seteluk, Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Dari surat KBRI di Malaysia, peristiwa penembakan terjadi pada tanggal 26 Mei lalu. Belum diketahui penyebab keempat korban ditembak mati.
Keluarga korban yang mendengar kabar duka itu, mereka sepakat memohon kepada KBRI agar jenazah dipulangkan untuk dimakamkan.
Keempat korban ini dipulangkan menggunakan mobil jenazah dan tiba di Kecamatan Alas sekitar pukul 04.00 Wita, Minggu (12/6). Begitu tiba di lokasi, jenazah langsung dibawa ke Puskesmas Alas.
Di Puskesmas Alas, puluhan keluarga korban sudah menunggu. Isak tangis mewarnai kedatangan mobil jenazah saat memasuki pelataran puskesmas.
Kedatangan keempat jenazah ini sudah diketahui dari Nota Dinas nomor 1833.KONS/VI/2015 yang dikirim KBRI Indonesia untuk Malaysia.
Setelah dua jenazah diturunkan di Alas, jenazah selanjutnya dibawa ke Utan dan Seteluk. Kapolsek Alas Kompol M Jafar mengaku,telah menerima informasi kepulangan jenazah tersebut.
”Benar Pak. Kami sudah mengutus Bhabinkamtibmas ke rumah korban,” katanya dihubungi via ponsel.
Menurut dia, berdasarkan informasi diterima, ada empat jenazah yang dipulangkan. Dua diantaranya adalah paman dan ponakan warga Desa Luar Kecamatan Alas dan warga Desa Baru.
Sementara, Kapolsek Utan AKP Abdul Sani membenarkan kedatangan jenazah salah seorang warga Desa Jorok. ”Benar. Telah diterima langsung oleh keluarga didampingi staf Desa pagi ini (Minggu),” akunya.
Pantauan Radar Sumbawa (Lombok Post Group) ke rumah duka, pemakaman jenazah Imran dilaksanakan sekitar pukul 09.00 Wita di pemakam umum Desa Luar. Sementara untuk jenazah Mario Akbar dimakamkan sekitar pukul 10.00 Wita.
Salah seorang warga yang ikut memandikan jenazah Nurhasan mengungkapkan, ada bekas jahitan dari bawah dagu hingga perut. ”Kita curiga ada organ tubuh dari almarhum diambil,” duganya.
Sementara itu, ada banyak lubang kecil seperti bekas peluru. ”Luka tembaknya banyak. Ada satu persis di alis sebelah kiri, dada, punggung, tangan, paha, dan kaki,” ungkap dia.
Terkait dengan aktivitas Mario alias Man ini di Malaysia, semua warga yang ditanyai membungkam. “Yang jelas, baru sekitar sebulan dari keberangkatannya yang terakhir ini, dengan kedatangan jenazah ini,” kata warga lainnya.
Sementara itu, Yahya Maulana diketahui sudah lama menjadi TKI di Negeri Jiran. Informasi dihimpun, pria berstatus duda ini pernah mudik ke Seteluk.
Almarhum sempat menghadiri pesta pernikahan salah satu kerabat dekatnya. Tiga bulan setelah itu, korban kembali merantau ke Malaysia.
Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disosnakertrans) H Abdul Hamid menjelaskan, berdasarkan dokumen yang diterima pemerintah, penyebab kematian korban bersama tiga TKI asal Sumbawa itu karena ditembak polisi Malaysia.
”Penyebab mereka ditembak bersama tiga rekannya tidak dijelaskan. Pemerintah hanya menerima dokumen itu saja,’’ jelasnya.
Hamid mengaku, dari dokumen yang ada tidak disebutkan secara detail, sejak kapan menjadi TKI ke Malaysia. Hamid juga tidak bisa memastikan, perusahaan mana yang memberangkatkan korban.
”Tidak ada dokumen yang menjelaskan korban ini berangkat tahun kapan. Termasuk perusahaan yang mensponsori keberangkatan korban. Tapi yang jelas, korban sudah cukup sering ke Malaysia,’’ akunya.
Pengakuan itu diperkuat dari salah satu kerabat dekat korban. Sebelum pulang dalam kondisi meninggal dunia, korban diketahui sempat pulang ke Seteluk.
”Setelah itu korban kemudian berangkat lagi. Hingga akhirnya maut menjemput korban,’’ terangnya.
Lebih lanjut, Hamid menjelaskan, dari keterangan yang diperoleh pemerintah, pihak keluarga tidak akan menuntut apapun dari peristiwa itu.
”Keluarga sudah menerima. Ini merupakan cobaan berat bagi keluarga yang ditinggalkan,’’ katanya. 

Sumber: Lombok Post