Kisah Pilu Seorang TKW yang Selalu Minta Pena dan Kertas untuk Menceritakan Siksaan yang Dialami
Ribuan netizen merasa prihatin dengan nasib yang dialami oleh Fadila Rahmatika, TKI asal Ponorogo yang bekerja di Singapura.
Ia di antarkan oleh seorang wanita yang tidak di kenal di Batam kemudian ditingalkan dengan keadaan lemah lunglai.
Kondisi Fadila ramai di bicarakan oleh group Info Cegatan Wilayah Ponorogo.
Saat ini wanita tersebut sedang fokus menyembuhkan traumanya.
"Golekne tombo Fadila Rahmatika. TKW Singapura seng kemarin beritane sempat munggah neng kene. Traumane jeru cah iki ketoke," tulis netizen Annas Karunia Illahi.
Saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Anas menjelaskan, Fadila mengalami penganiayaan saat bekerja di Singapura.
Padahal, ia baru bekerja di sana selama 10 bulan.
Wanita 20 tahun itu datang ke tempatnya untuk menjalankan terapi menghilangkan trauma dan menetralisir obat-obatan yang diberikan padanya sebelumnya.
Saat ditolong oleh seseorang di Batam, tubuh Fadila juga penuh luka lebam.
Meskipun fisiknya lemah, tetapi ingatan Fadila masih baik.
"Karena dari pengakuan ibunya sebelum kita tangani anak ini dikasih obat gak jelas yang efeknya malah gak bagus," kata Anas.
Menurut netizen Fitria yang mengaku sebagai saudara TKW tersebut, saat ini kondisi fisik Fadila sudah baik.
Sebelumnya, ia sempat dirawat di sebuah rumah sakit (RS).
Meskipun demikian, Fadila masih mengalami trauma.
"Kalau bekas-bekas di kaki di tangan alhamdulillah sudah hampir sembuh," ujar Fitria pada netizen lain di komentar.
Netizen lain yang mengaku pernah bertemu Fadila saat di RS mengatakan, trauma yang dialaminya benar-benar memprihatinkan.
Ia selalu meminta kertas dan pena untuk menulis curhatan hatinya.
Terkadang, Fadila juga menjerit pilu.
"Ooo iya anak ini aku juga sempat ketemu di Dr Haryono. Di ruang Aster. Sungguh nggak tega melihatnya. Dia selalu minta kertas dan pena, dan menulis yang isinya adalah curhat. Dah itu aja aku nggak berani cerita semuanya," sahut netizen Jamila Jamila.
Pemilik akun Facebook Didik Fernandez yang mengaku tetangga korban menjelaskan pada Tribunjogja.com, saat ini Pemerintah Desa (Pemdes) Sukorejo, kecamatan Sukorejo, Ponorogo, masih berupaya berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kasus ini.
Fadila berasal dari keluarga tidak mampu dan kondisinya saat ini masih memprihatinkan.
Wanita tersebut selalu ingat tindakan tak manusiawi yang menimpanya selama di Singapura.
Sepengetahuan Didik, Fadila sempat pindah tempat kerja dua kali di sana.
Di majikan terakhirlah, dugaan penganiayaan itu menimpanya.
"Dia bersikuku kuat tuk mengurangi beban kluarga, sekarang yang didapat malah jadi beban keluarga. Dia masih butuh pertolongan untuk biaya pengobatan," tutur Didik.
Sumber:tribunnews
Ia di antarkan oleh seorang wanita yang tidak di kenal di Batam kemudian ditingalkan dengan keadaan lemah lunglai.
Kondisi Fadila ramai di bicarakan oleh group Info Cegatan Wilayah Ponorogo.
Saat ini wanita tersebut sedang fokus menyembuhkan traumanya.
"Golekne tombo Fadila Rahmatika. TKW Singapura seng kemarin beritane sempat munggah neng kene. Traumane jeru cah iki ketoke," tulis netizen Annas Karunia Illahi.
Saat dikonfirmasi Tribunjogja.com, Anas menjelaskan, Fadila mengalami penganiayaan saat bekerja di Singapura.
Padahal, ia baru bekerja di sana selama 10 bulan.
Wanita 20 tahun itu datang ke tempatnya untuk menjalankan terapi menghilangkan trauma dan menetralisir obat-obatan yang diberikan padanya sebelumnya.
Saat ditolong oleh seseorang di Batam, tubuh Fadila juga penuh luka lebam.
Meskipun fisiknya lemah, tetapi ingatan Fadila masih baik.
"Karena dari pengakuan ibunya sebelum kita tangani anak ini dikasih obat gak jelas yang efeknya malah gak bagus," kata Anas.
Menurut netizen Fitria yang mengaku sebagai saudara TKW tersebut, saat ini kondisi fisik Fadila sudah baik.
Sebelumnya, ia sempat dirawat di sebuah rumah sakit (RS).
Meskipun demikian, Fadila masih mengalami trauma.
"Kalau bekas-bekas di kaki di tangan alhamdulillah sudah hampir sembuh," ujar Fitria pada netizen lain di komentar.
Netizen lain yang mengaku pernah bertemu Fadila saat di RS mengatakan, trauma yang dialaminya benar-benar memprihatinkan.
Ia selalu meminta kertas dan pena untuk menulis curhatan hatinya.
Terkadang, Fadila juga menjerit pilu.
"Ooo iya anak ini aku juga sempat ketemu di Dr Haryono. Di ruang Aster. Sungguh nggak tega melihatnya. Dia selalu minta kertas dan pena, dan menulis yang isinya adalah curhat. Dah itu aja aku nggak berani cerita semuanya," sahut netizen Jamila Jamila.
Pemilik akun Facebook Didik Fernandez yang mengaku tetangga korban menjelaskan pada Tribunjogja.com, saat ini Pemerintah Desa (Pemdes) Sukorejo, kecamatan Sukorejo, Ponorogo, masih berupaya berkonsultasi dengan pihak-pihak terkait untuk menyelesaikan kasus ini.
Fadila berasal dari keluarga tidak mampu dan kondisinya saat ini masih memprihatinkan.
Wanita tersebut selalu ingat tindakan tak manusiawi yang menimpanya selama di Singapura.
Sepengetahuan Didik, Fadila sempat pindah tempat kerja dua kali di sana.
Di majikan terakhirlah, dugaan penganiayaan itu menimpanya.
"Dia bersikuku kuat tuk mengurangi beban kluarga, sekarang yang didapat malah jadi beban keluarga. Dia masih butuh pertolongan untuk biaya pengobatan," tutur Didik.
Sumber:tribunnews