Kisah TKW Sebelum Tewas di Hongkong Berjanji Belikan Bapaknya Sarung
Trihantoro (60) ayah dari Dhina Sabiati tak menyangka jika anak bungsunya, yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hongkong meninggal dengan tragis.
Putri ketiganya itu ditemukan tewas bersimbah darah setelah jatuh dari lantai 11 apartemennya bekerja.Istrinya, Mistri (56), masih shock dan memilih mengurung diri di dalam kamar lantaran masih sedih dengan kepergian putrinya yang paling disayangi.
Meski berduka, Tri masih ingat percakapan terakhir dengan anaknya via telepon seluler pada akhir September lalu. Saat itu, putrinya yang baru dua bulan bekerja di Hongkong itu berjanji akan mengirimi uang untuk membeli sarung.
"Saya masih ingat, bila bulan depan anak saya janji akan mengirim uang sedikit dari jerih payahnya menjadi pembantu rumah tangga di Hongkong. Tetapi dia ngomongnya seperti bercanda, katanya mau mengirim uang untuk beli sarung," kata Tri.
Ia mengatakan, saat berbicara via telepon, Dhinia mengaku baik-baik saja dan betah bekerja.
"Lantaran senangnya, anak saya menceritakan jumlah gaji yang diterima," jelas Tri.
Hanya saja saat itu, Dhinia sempat bercerita bahwa majikannya cerewet. Tapi ia menganggap hal itu sudah lumrah.
Soal info tidak betah kerja di Hongkong, Dhinia tidak pernah mengeluh kepadanya. Sebelum berangkat menjadi TKW ke hongkong, Dhinia sudah meminta izin suaminya.
"Sebelum berangkat saya hanya bilang untuk berhati-hati dan waspda," ujarnya.
Tri menjelaskan, Dhinia baru pertama kali ke kerja di luar negeri. Ia termotivasi kakaknya yang pernah berkerja di Hongkong.
Saat ini, kepulangan jenazah Dhinia belum diketahui kepastiannya. Ia mendapat kabar dari KJRI Hongkong bahwa jenazah putrinya akan datang tiga atau empat hari lagi.
"Saya berharap jenazah anak saya segera pulang. Dan, saya sudah pasrah dengan kematian yang menimpa anak saya," ujar Tri.
Meski jenazah anaknya belum datang, Tri dan keluarganya sudah menggelar tahlilan dan yasinan sejak Sabtu malam pekan lalu.
Ia mendapatkan kabar anaknya meninggal pertama kali dari keluarga menantunya yang juga bekerja di Hongkong. Bahkan, keluarga menantunya itu akan mengantar jenazah Dhinia bila mendapatkan izin dari majikan.
Tri mendapat kabar jenazah putrinya sudah otopsi dan dishalatkan di masjid. Ia pun belum mengetahui penyebab tewasnya Dhinia yang terjatuh dari lantai 11, apakah bunuh diri atau kecelakaan. Saat ini, kepolisian Hongkong masih menyelidiki penyebabnya.
Dhinia dikenal sebagai perempuan yang rajin bekerja.
"Anaknya juga tidak malu meski harus menjadi buruh di toko dan jualan es," kata Tri.
Hanya saja saat itu, Dhinia sempat bercerita bahwa majikannya cerewet. Tapi ia menganggap hal itu sudah lumrah.
Soal info tidak betah kerja di Hongkong, Dhinia tidak pernah mengeluh kepadanya. Sebelum berangkat menjadi TKW ke hongkong, Dhinia sudah meminta izin suaminya.
"Sebelum berangkat saya hanya bilang untuk berhati-hati dan waspda," ujarnya.
Tri menjelaskan, Dhinia baru pertama kali ke kerja di luar negeri. Ia termotivasi kakaknya yang pernah berkerja di Hongkong.
Saat ini, kepulangan jenazah Dhinia belum diketahui kepastiannya. Ia mendapat kabar dari KJRI Hongkong bahwa jenazah putrinya akan datang tiga atau empat hari lagi.
"Saya berharap jenazah anak saya segera pulang. Dan, saya sudah pasrah dengan kematian yang menimpa anak saya," ujar Tri.
Meski jenazah anaknya belum datang, Tri dan keluarganya sudah menggelar tahlilan dan yasinan sejak Sabtu malam pekan lalu.
Ia mendapatkan kabar anaknya meninggal pertama kali dari keluarga menantunya yang juga bekerja di Hongkong. Bahkan, keluarga menantunya itu akan mengantar jenazah Dhinia bila mendapatkan izin dari majikan.
Tri mendapat kabar jenazah putrinya sudah otopsi dan dishalatkan di masjid. Ia pun belum mengetahui penyebab tewasnya Dhinia yang terjatuh dari lantai 11, apakah bunuh diri atau kecelakaan. Saat ini, kepolisian Hongkong masih menyelidiki penyebabnya.
Dhinia dikenal sebagai perempuan yang rajin bekerja.
"Anaknya juga tidak malu meski harus menjadi buruh di toko dan jualan es," kata Tri.