Balada Penjual Terompet, Diusir Karena Tudingan Kafir Sampai Menyebarkan Kanker, HIV
Jemaah shalat Zuhur di Musholla Al Iman Pedurungan, Semarang, sudah bubar. Seorang laki-laki dengan banyak kerutan di dahi masih saja khusyuk berdoa.
Namanya Sudarmin (39 tahun).Dia adalah seorang penjual terompet Tahun Baru pikulan yang sedang merenggangkan badan seraya beribadah. Pikulan terompet berwarna-warni miliknya diletakkan begitu saja di teras musholla.
"Saya asli Blora. Mau ikut jualan di tengah kota sudah penuh," kata Sudarmin membuka pembicaraan Selasa, 29 Desember 2016.
Sudarmin sudah sepekan di Semarang. Setiap hari ia berjalan kaki menjajakan terompet dari kampung ke kampung.
Terompet itu sebagian diambil dari pemasok, tapi ada pula yang dibuatnya sendiri. Dalam sehari, tak kurang ia menjelajahi puluhan kampung sejauh puluhan kilometer.
Menjual terompet dilakukan Sudarmin setiap tahun, menjelang Natal hingga Tahun Baru. Jika tak berjualan terompet, ia sehari-hari bekerja serabutan di kampungnya.
"Ini tahun keempat saya berjualan. 2 tahun lalu, saya terakhir berjualan secara menetap, di sekitar Simpanglima Semarang," tutur Sudarmin.
Ia menyasar anak-anak sebagai pangsa pasarnya. Selain karena bentuk terompet dagangannya yang sederhana, ia merasa kalah permodalan dibanding yang mengambil segmen remaja. Benarkah dengan berjualan keliling hasil Sudarmin menjadi lebih besar?
Setiap hari, Sudarmin menjajakan tak lebih dari 50 buah terompet. Menjelang senja, ia mampu menjual sekitar 30 terompet. Beda jauh dengan omzet jika ia menetap di satu tempat yang bisa mencapai lebih dari 100 buah terompet per harinya.
"Rezeki itu sudah diatur. Saya juga pernah diusir di suatu kampung. Saya dianggap mendukung penyebaran tradisi bukan muslim," kata Sudarmin.
Suka duka mewarnai perjalanannya melintasi kampung saat menjadi penjual terompet musiman. Termasuk saat dirinya melewati kampung di perbatasan Semarang-Demak. Saat itu, ia mendekati seorang anak yang memanggilnya.
Proses jual beli berlangsung tanpa kendala. Namun, masalah justru timbul saat ia berpapasan dengan seorang ibu.
"Intinya, saya diusir. Sebelumnya, saya diceramahi kalau merayakan Tahun Baru itu merupakan tindakan kaum kafir. Saya diam saja," ucap Sudarmin.
Source:Info Teratas