Sekitar Hampir 2.000 WNI Lakukan Reli di Depan Taipei Main Station Berikan Dukungan untuk 'Ahok'
Taiwan-Sekitar Hampir 2.000 WNI Lakukan Reli di Depan Taipei Main Station Berikan Dukungan untuk ‘Ahok’
Foto-foto diambil dari Taiwan News.
Sebanyak hampir 2.000 orang Indonesia berkumpul di depan Taipei Main Station (TMS) exit south 2 pada hari Minggu kemarin (14/5) menyerukan pembebasan gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (鍾 萬 學), yang dijatuhi hukuman dua tahun penjara pekan lalu karena diduga menghujat Al-Quran.
Keramaian dimulai pukul 6 sore dengan jumlah sekitar 1.700 sampai 1.900 peserta mengenakan pakaian merah dan putih dengan melambaikan bendera Indonesia serta menghiasinya dengan tongkat cahaya, lagu-lagu kebangsaan dan beberapa spanduk yang menyerukan pembebasan terhadap Ahok.
Seperti yang dituliskan oleh media lokal Taiwan News, Basuki Tjahaja Purnama atau sering disapa dengan nama Hakka China “Ahok” (阿 學), dituduh menghujat Al-Quran karena pidato yang diberikannya kepada warga di Kepulauan Seribu pada tahun 2016. Dia mengatakan kepada calon pemilih bahwa mereka seharusnya tidak tertipu oleh para politisi yang dengan sengaja salah menafsirkan Al-Ma’idah 5:51 dari Al-Quran yang berarti bahwa umat Islam seharusnya tidak memilih pemimpin non-Muslim. Video tersebut kemudian diedit dan diubah konteks kemudian diupload ke YouTube oleh Buni Yani.
Video tersebut kemudian menyebar dan menyebabkan banyak orang Indonesia mempertimbangkan kata-katanya yang diedit sebagai penghinaan terhadap Quran. Hal ini akhirnya memuncak dalam sebuah persidangan yang ditujukan pada Ahok dengan tuduhan menghujat Quran dan meskipun jaksa telah meminta hukuman penjara 1 tahun, tetapi hakim menjatuhkan hukuman dua tahun.
Banyak yang percaya bahwa persidangan tersebut bermotif politik karena gubernur Jakarta bisa mengarah pada kandidat kepresidenan Indonesia dan pemilihan presiden berikutnya dalam dua tahun mendatang.
Avifa, 29, seorang buruh migran dari Surabaya yang telah tinggal di Taiwan selama 6 tahun, ketika diwawancarai media lokal menyatakan bahwa ia datang ke acara demonstrasi tersebut karena ia suka Ahok. Ia menuturkan bahwa Ahok sebagai orang yang baik untuk memimpin Jakarta, seharusnya Ahok tidak digulingkan dengan cara seperti itu untuk tujuan politik.
Dia menambahkan bahwa agamanya tidak mengubah pendapatnya tentang Ahok. “Saya seorang Muslim dan Ahok adalah seorang Kristen, tapi tidak masalah, semua orang Indonesia harus bersatu bersama.”
Agus Ferdy, 32, seorang pengusaha dari Jakarta prihatin dengan kondisi Ahok karena dia telah dipenjara selama dua tahun. Dia menganggap bahwa apa yang dialami Ahok sebagai intimidasi terhadap kebebasan berekspresi.
Ferdy mengatakan bahwa para pekerja yang pergi ke luar negeri lebih berpikiran terbuka. Kebanyakan orang Indonesia mengenal Ahok sebagai pemimpin yang peduli dengan orang miskin dan juga membantu masyarakat Jakarta. Ia pun percaya bahwa sebanyak 60 persen pekerja migran Indonesia atau imigran di Taiwan mendukung Ahok.
Ferdy mengatakan bahwa Ahok diadopsi oleh keluarga Muslim di kota asalnya setelah ayahnya meninggal. Ia pun membuat sebuah perjanjian untuk saling mendukung sejak hari itu. “Kami tidak percaya bahwa dia menghujat Islam karena dia juga memiliki keluarga angkat Muslim.” Ujarnya.
Acara dukungan yang diberikan pada Ahok tersebut dimulai secara spontan dan menyebar secara verbal melalui Facebook dan dari mulut ke mulut di kalangan masyarakat Indonesia, hingga mencapai puncak kehadiran 1.700 sampai 1.900. Acara yang berakhir pada pukul 7 malam tersebut diakhiri dengan tulisan “Free Ahok” dengan menggunakan tongkat cahaya atau glowing stick.